Minggu, 14 Desember 2014

ANALISIS PERBAIKAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL

Kondisi lingkungan kerja yang baik akan menunjang pekerja dalam melakukan kerja yang maksimal.Faktor-faktor seperti temperatur, kebisingan, dan vibrasi dapat meningkatkan tekanan psikologis pekerja dan memengaruhi kinerja pekerja. PR Rezeki Abadi merupakan perusahaan rokok yang menggunakan tenaga manusia dalam menjalankan produksinya mulai dari proses pencampuran bahan–bahan dasar
(tembakau, saos dan cengkeh) sampai dengan proses finishin. Berdasarkan hasil pengukuran, temperature dan tingkat kebisingan pada bagian pencampuran lebih tinggi dari kondisi normal sehingga operator di bagian pencampuran merasakan beban psikologis yang tinggi dan sering melakukan kesalahan pada proses pencampuran. Tujuan dalam penelitian ini adalah melakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja
di bagian pencampuran tembakau dan melakukan pengukuran beban kerja mental dengan metode SWAT untuk mengetahui pengaruh perbaikan kondisi lingkungan kerja tersebut. 40 sehingga beban kerja termasuk dalam kategori ringan setelah dilakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja.
            keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja.Kondisi lingkungan kerja yang baik akan menunjang karyawan dalam melakukan kerja yang maksimal. Faktor-faktor seperti temperatur,kebisingan, vibrasi, dan ketenangan dapat secara langsung memengaruhi kinerja tugas ketika mereka bekerja, hal ini disebabkan beban tekanan psikologis pekerja yang meningkat. PR Rezeki Abadi merupakan perusahaan manufaktur dengan hasil produksi utama adalah rokok. Perusahaan ini menggunakan tenaga manusia sebagai operator utama dalam
menjalankan proses produksi mulai dari proses pencampuran (blending) bahan–bahan dasar (tembakau, saos, dan cengkeh) sampai dengan proses finihing. Berdasarkan hasil pengukuran temperatur dan tingkat kebisingan pada bagian pencampuran, temperatur ruang kerja mencapai 33–36°C dan tingkat kebisingan mencapai 75dB.
Hasil ini menunjukkan temperatur dan tingkat kebisingan lebih tinggi dari kondisi normal yaitu 24–27°C dan 50–60 dB. Kondisi lingkungan kerja yang kurang nyaman tersebut, memengaruhi beban pekerjaan yang dirasakan oleh operator di bagian pencampuran tembakau sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan pada proses pencampuran dan menurunkan hasil produksi rokok. Salah satu metode pengukuran beban kerja mental secara subjektif yang banyak diaplikasikan di Indonesia adalah Subjective Workload Assessment Technique (SWAT). Dalam penerapannya, SWAT akan memberikan penskalaan subjektif yang sederhana dan mudah dilakukan untuk
mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan oleh pekerja.
            Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan di bagian pencampuran
tembakau PR Rezeki Abadi sebagai berikut:
a. Beban Kerja
Beban kerja operator akan diukur dengan
metode Subjective Workload Assessment
Technique (SWAT), di mana operator diminta
untuk mengurutkan kartu SWAT yang
berjumlah 27 kartu berdasarkan subjektivitas
mereka.
b. Kondisi Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja yang diamati
adalah temperatur dan kebisingan, sehingga
perlu dilakukan pengukuran untuk
mengetahui kondisi lingkungan kerja di
bagian pencampuran yang ada saat ini.
Pengukuran temperatur dilakukan dengan
menggunakan termometer dan kebisingan
dengan menggunakan digital sound level
meter.
2. Pengukuran Beban Kerja Mental Sebelum Perbaikan Kondisi Lingkungan kerja
Metode Subjective Workload Asessment Technique (SWAT) pertama kali dikembangkan
oleh Reid et al. pada tahun 1989. Menurut Reid et al. (1989), metode SWAT akan menggambarkan
sistem kerja sebagai model multi dimensional dari beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu (time load), beban mental (mental effort load), dan beban psikologis (psychological stress load). Time load
menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring tugas. Mental effort load adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak usaha mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu tugas.
3. Perbaikan Kondisi Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil pengukuran kondisi lingkungan kerja dan standard lingkungan kerja yang nyaman akan diusulkan perbaikan kondisi lingkungan kerja di bagian pencampuran tembakau agar operator lebih nyaman dalam bekerja sehingga mengurangi stres dan beban psikologis.
4. Pengukuran Beban Kerja Mental Setelah Perancangan Lingkungan Kerja
Perbaikan yang diusulkan selanjutnya diimplementasikan pada bagian pencampuran tembakau PR Rezeki Abadi. Setelah implementasi dalam beberapa minggu, tiap operator diminta memberikan skor SWAT pada tiap elemen
pekerjaan berdasarkan apa yang dirasakan dengan kondisi lingkungan kerja yang baru.
            Berdasarkan pengukuran kerja tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi
beban kerja mental yang dirasakan operator, salah satunya adalah memperbaiki kondisi lingkungan kerja di bagian pencampuran tembakau. Perbaikan kondisi lingkungan kerja dengan cara penambahan blower di ruangan pencampuran. Sedangkan untuk mengurangi kebisingan pada operator pencampuran tembakau dilakukan dengan memberikan penutup telinga (ear plug), sehingga operator dapat merasa lebih nyaman dalam melakukan pekerjaannya.
            Kondisi lingkungan kerja menjadi lebih baik dan lebih nyaman dengan adanya penambahan blower dan penggunaan earplug (penutup telinga) sehingga dapat menurunkan beban kerja operator di bagian pencampuran tembakau PR Rezeki Abadi. Berdasarkan pengukuran beban kerja dengan metode SWAT, rata-rata beban
kerja operator pencampuran tembakau sebelum dilakukan perbaikan kondisi lingkungan
kerja termasuk dalam kategori berat. Setelah dilakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja, rata-rata skala beban kerja di bawah 40 sehingga beban kerja termasuk dalam kategori ringan.



penulis     :SRI RAHAYUNINGSIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar