Kondisi lingkungan kerja yang baik akan menunjang
pekerja dalam melakukan kerja yang maksimal.Faktor-faktor seperti temperatur,
kebisingan, dan vibrasi dapat meningkatkan tekanan psikologis pekerja dan
memengaruhi kinerja pekerja. PR Rezeki Abadi merupakan perusahaan rokok yang
menggunakan tenaga manusia dalam menjalankan produksinya mulai dari proses
pencampuran bahan–bahan dasar
(tembakau, saos dan cengkeh) sampai dengan proses finishin. Berdasarkan hasil pengukuran, temperature
dan tingkat kebisingan pada bagian pencampuran lebih tinggi dari kondisi normal
sehingga operator di bagian pencampuran merasakan beban psikologis yang tinggi
dan sering melakukan kesalahan pada proses pencampuran. Tujuan dalam penelitian
ini adalah melakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja
di bagian pencampuran tembakau dan melakukan pengukuran beban kerja mental
dengan metode SWAT untuk mengetahui pengaruh perbaikan kondisi lingkungan kerja
tersebut. 40 sehingga
beban kerja termasuk dalam kategori ringan setelah dilakukan perbaikan kondisi
lingkungan kerja.
keadaan yang terdapat
di sekitar tempat kerja.Kondisi lingkungan kerja yang baik akan menunjang
karyawan dalam melakukan kerja yang maksimal. Faktor-faktor seperti
temperatur,kebisingan, vibrasi, dan ketenangan dapat secara langsung
memengaruhi kinerja tugas ketika mereka bekerja, hal ini disebabkan beban
tekanan psikologis pekerja yang meningkat. PR Rezeki Abadi merupakan perusahaan
manufaktur dengan hasil produksi utama adalah rokok. Perusahaan ini menggunakan
tenaga manusia sebagai operator utama dalam
menjalankan proses
produksi mulai dari proses pencampuran (blending) bahan–bahan dasar
(tembakau, saos, dan cengkeh) sampai dengan proses finihing. Berdasarkan
hasil pengukuran temperatur dan tingkat kebisingan pada bagian pencampuran,
temperatur ruang kerja mencapai 33–36°C dan tingkat kebisingan mencapai 75dB.
Hasil ini menunjukkan
temperatur dan tingkat kebisingan lebih tinggi dari kondisi normal yaitu
24–27°C dan 50–60 dB. Kondisi lingkungan kerja yang kurang nyaman tersebut,
memengaruhi beban pekerjaan yang dirasakan oleh operator di bagian pencampuran
tembakau sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan pada proses pencampuran dan
menurunkan hasil produksi rokok. Salah satu metode pengukuran beban kerja
mental secara subjektif yang banyak diaplikasikan di Indonesia adalah Subjective
Workload Assessment Technique (SWAT). Dalam penerapannya, SWAT akan
memberikan penskalaan subjektif yang sederhana dan mudah dilakukan untuk
mengkuantitatifkan
beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan oleh pekerja.
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah:
1.
Pengumpulan Data
Data-data yang
dikumpulkan untuk menjawab permasalahan di bagian pencampuran
tembakau PR Rezeki
Abadi sebagai berikut:
a. Beban Kerja
Beban kerja operator
akan diukur dengan
metode Subjective
Workload Assessment
Technique
(SWAT), di mana operator diminta
untuk mengurutkan
kartu SWAT yang
berjumlah 27 kartu
berdasarkan subjektivitas
mereka.
b. Kondisi Lingkungan
Kerja
Kondisi lingkungan
kerja yang diamati
adalah temperatur dan
kebisingan, sehingga
perlu dilakukan
pengukuran untuk
mengetahui kondisi
lingkungan kerja di
bagian pencampuran
yang ada saat ini.
Pengukuran temperatur
dilakukan dengan
menggunakan termometer
dan kebisingan
dengan menggunakan digital
sound level
meter.
2.
Pengukuran Beban Kerja Mental Sebelum Perbaikan Kondisi Lingkungan kerja
Metode Subjective
Workload Asessment Technique (SWAT) pertama kali dikembangkan
oleh Reid et al. pada
tahun 1989. Menurut Reid et al. (1989), metode SWAT akan menggambarkan
sistem kerja sebagai
model multi dimensional dari beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau
faktor yaitu beban waktu (time load), beban mental (mental effort
load), dan beban psikologis (psychological stress load). Time
load
menunjukkan jumlah
waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring tugas. Mental
effort load adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak usaha mental
dalam perencanaan yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu
tugas.
3.
Perbaikan Kondisi Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil
pengukuran kondisi lingkungan kerja dan standard lingkungan kerja yang nyaman
akan diusulkan perbaikan kondisi lingkungan kerja di bagian pencampuran
tembakau agar operator lebih nyaman dalam bekerja sehingga mengurangi stres dan
beban psikologis.
4.
Pengukuran Beban Kerja Mental Setelah Perancangan Lingkungan Kerja
Perbaikan yang
diusulkan selanjutnya diimplementasikan pada bagian pencampuran tembakau PR Rezeki
Abadi. Setelah implementasi dalam beberapa minggu, tiap operator diminta memberikan
skor SWAT pada tiap elemen
pekerjaan berdasarkan
apa yang dirasakan dengan kondisi lingkungan kerja yang baru.
Berdasarkan pengukuran kerja
tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi
beban kerja mental
yang dirasakan operator, salah satunya adalah memperbaiki kondisi lingkungan kerja
di bagian pencampuran tembakau. Perbaikan kondisi lingkungan kerja dengan cara
penambahan blower di ruangan pencampuran. Sedangkan untuk mengurangi
kebisingan pada operator pencampuran tembakau dilakukan dengan memberikan
penutup telinga (ear plug), sehingga operator dapat merasa lebih nyaman
dalam melakukan pekerjaannya.
Kondisi lingkungan kerja menjadi
lebih baik dan lebih nyaman dengan adanya penambahan blower dan
penggunaan earplug (penutup telinga) sehingga dapat menurunkan beban
kerja operator di bagian pencampuran tembakau PR Rezeki Abadi. Berdasarkan
pengukuran beban kerja dengan metode SWAT, rata-rata beban
kerja operator
pencampuran tembakau sebelum dilakukan perbaikan kondisi lingkungan
kerja termasuk dalam
kategori berat. Setelah dilakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja, rata-rata
skala beban kerja di bawah 40 sehingga beban kerja termasuk dalam kategori
ringan.
penulis :SRI RAHAYUNINGSIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar